Cinta Tanah Karang

on Rabu, Mei 09, 2012
Semua berawal dari pertemuan. Kegelisahan, keraguan, ketakutan,kecurigaan, kasih sayang, cinta yang semu, cinta yang palsu. Apa karena aku wanita, apakah kordatnya wanita hanya mencinta bukan untuk dicintai. Mengapa wanita hanya tersakiti, kenapa wanita begitu lembut sama lawan jenis, kenapa tidak kasar aja, aku heran sama diriku dan sama wanita lainnya. Begini, begitu salah dimanakah keadilan itu berada. Senja kini berganti malam semuanya telah kembali seperti semula. Aku kembali kegubukku yang mungil, kini semuanya tinggal cerita yang akan ku ingat selalu. Duniaku sudah berubah mengapa aku seperti ini sekarang. Aku sering menagis,melamun,bersedih, mengapa semuanya berubah derastis sama kehidupanku. Aku ingin diriku yang dahulu yang selalu tertawa, ceria, bersama teman –teman. Sekilas petir menyambar mengubah segalanya dikehidupan ini. Aku masih teringat disaat, aku memakai seragam putih abu-abu dan disaat pengumuman kelulusan tahun ajaran 2009/2010, pada tanggal 26 april 2010 adalah hari kebahagian sekaligus kesedihan yang aku rasakan. Air mata tercurahkan sekaligus tawa terbahak-bahak aku dengar secara bersamaan di depan gerbag sekolah. Sepeda motor berlalu lalang kekiri dan kekanan memeriahkan juga acara kelulusan. Dan harapanku setelah lulus, aku ingin kuliah aku tidak mau kalau aku, harus mengangur atau kata lainya tidak kuliah. Tapi apapun yang terjadi dalam waktu setahun ini aku akan bersabar dan bersabar, aku hanya manusia yang bisa berencana untuk kuliah dan hanya Allahlah yang Maha tahu segalanya. Semuanya aku serahkan saja sama Dia, setelah aku berusaha. Ternyata waktu berlalu aku berdaftar di Universitas Mataram mengambil jurusan Bahasa Indonesia, tapi aku tidak diterima. Sejak itulah aku bagaikan robot, tak pernah ada rasa ingin mau maju, aku langsung devresi berat. Aku hanya bisa mengurung diriku dikamar dan selalu berpikir. “Apa yang harus aku lakukan setelah aku seperti ini,aku tidak kuliah apa aku harus diam saja dirumah’’. Berkali kali aku lalui hari-hari tanpa banyak teman seperti di sekolah dulu, tanpa ada guru yang ngomong didepan, aku benar-benar benci kehidupan seperti ini aku benci (sambil menagis). Berbagai aktifitas aku lalui agar aku tidak setres memkikirkan kehidupan ini. Kebaikan kali ini tidak berpihak sama aku. Apa yang terjadi diwaktu yang akan datang aku tidak tahu.” Semoga kebaika ada diwaktu yang akan datang,aminnn yarobalalamin ,gumamku dalam hati’’. Dan aku berjalan diatas tanah yang ada batunya, apakah kehidupan juga seperti tanah yang harus ada batunya, kenapa tidak seperti pasir yang beitu halus terlihat dari kejauhan. Aku harus menyingkirkan batu-batu kehidupan ini agar aku tidak terhalagi olehnya untuk mencari kehidupan yang halus. Dilain waktu dan di lain keadaan aku kembali tesenyum setelah lama aku terpuruk. Ada apa lagi dengan aku kenapa aku harus tersenyum disaat aku melihat dia sosok kakak yang begitu tegar menjalani semua kehidupan yang begitu pahit dan penuh dengan misteri. Kadang-kadang keadan yang membuat kita bisa menjadi jahat,dan situasi yang buruk pula membawah kita kedalam iri hati, karena melihat orang bahagia karena kehidupan yang serba berkecukupan. Aku masih teringat disaat aku dan kakak aku harus makan tanpa lauk, hanya air dan garam saja seharian, terkadan juga kalau sudah tidak ada beras yang mau dimasak aku hanya makan apa yang ada, kalau ada ubi, ubi aku makan. Kepahitan hidup telah aku lalui. Disaat aku lagi susah memakan sesuap nasi, diamanakha kebijakan pemerintah yang seharusnya mensejahterakan rakyatnya. Kita telah tertipu sama janji-janji manisnya yang dahulu sebelum menjadi presiden. Aku tak akan pernaha lagi percaya kata-kata manis para pejabat-pejabat yang mengandalkan rakyatnya, tanpa rakyat dia tidak akan jadi orang No satu di Negaranya sendiri.Namun begitu aku harus kuliah tahu depan, jika tidak sekarang masih ada waktu buat aku,aku harus mengejar citaku. Hari-hari aku lalui dengan berpetualanga sama teman-teman, dan terkadan dengan kakak. Hari demi hari aku jadika pelajaran dan pelajaran yang sangat menyenagkan disaat aku mengikuti Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar. Yang diselengarakan oleh organisasi intra dikampus IAIN mataram yakni LPM Ro’yuna. Aku masih ingat pada tanggal 01 oktober 2010 aku dijemput sama kakak aku. Dan aku menginap dikos pacarnya kakak aku. Aku bukan mahasiswa aku buka angota dari mana-mana. Saat hari pertama mendapatka materi aku, merasa asing duduk diantara mahasiswa. Aku jadi kaku aku melihta,keiri dan kekana semuanya punya teman bicara sedangkan aku, aku hanya sendirian. Aku bagaika asing yang kurang pergaulan. Namun aku melihat teman-teman aku satu persatu didekat aku maunpun dijauhku, kelihatanya mereka sudah tua, dan semester atas. Mengapa kakak membuat aku seperti robot lagi, kenapa aku disini tak ada teman yang buat aku senyum hanya kesdihan yang aku rasakan, melihat diriku tidak kuliah. Padahal orang tua aku ingin melihat aku kuliah, karena walaupun kehidupanku dalam keadaan pas-pasan tapi pendidikan di No satukan dalam keluargaku. Berbeda denga keluarga-keluarga yang lainya digubuku semuanya sekolah sampai SD saja, dimana pemikiran mereka, mereka hanya berperinsip mau jadi apa nantinya, kalau perempuan ya tetep saja kerjaanya, atau ujung-ujungnya menikah. Aku tidak mau jadi bagian dari pemikiran mereka yang sepatah itu,walau aku tahu aku juga manusia yang bisa makan, bisa minum dan akan kawin juga. Apakah ku salah mencari ilmu untuk masa depana aku sendiri. Aku punya perinsip dalam kehidupan ini. Setelah aku berpikir seperti itu semuanya ternyata akan berakhir. Pelatihanya Cuma berlangsun empat ahri dua hari di kampus dan dua hari dilombok tengah di paok dandak desa durian. Desa yang tidak asing bagi aku, karena aku masih punya teman sekolah dulu dari durian dan di paok dandak. Sudah dua hari aku ikiti tapi hanya satu kata yang aku dapatkan dari seorang pematerinya yankni ‘’Membaca dan Menulis modal dari segalanya’’. Dan selain itu aku tidak tahu walaupun ada sedikit-dikit yang menyangkut tak semua materi aku dapatkan. Aku semakin kaku karena dibawah ketempat aku seharusnya tak dibawah. Namun aku tahu sekali niat kakak aku mengajak aku mengikuti pelatihan ini. Sore minggunya aku dan peserta lainya menaiki bus yang akan meluncur kelokasi pelatiahan yang keduanya, dimana lokasi yang kedua kita hanya dilapanga dan pembekalan suda di kasih dikampus selama dua hari. Aku mengikuti dari hari pertama sampai hari akhirnya, saat did ala bus aku duduk sama cowok namanya Asmuni yang tak lain perseta juga. Berbagai hiburan aku dengar namun aku menghiraukannya, aku haya diam,diam dan diam. Sampainya dilokasi, satu persatu aku kenal dari mereka, saatnya kita istirahat dan makan. Malamnya lagi ada bimbingan lagi dari senior-senior. Semuanya sudah ada tugas masing-masing untuk peliputan besoknya. Tapi malam senin adalah malam terakhir kita dan acaranya nonton bareng. Waktu itu semunaya berawal dari sebuah buku yang membuat aku kenal senior yang sangat pendiam dan jarang bicara, aku dekati dan pura –pura ingin baca buku yang dia baca. Uasaku tidak sia-sia aku dapat baca buku yang dia baca dan menurut aku buku itu sangat menarik bagi aku. Aku langsunga mengambil no hpnya ditemanya aku diam-diam tertarik sama cowok yang sok cool ini. Aku cari tahu tentang dia, dia jurusan apa di IAIN dan semester berapa aku langsung menanyakanya semu padanya. Aku kira senior ini akan cuek sama aku, tapi tidak malah dia orangnya mengasikkan buat aku, aku sama saling berbagi pengalaman dalam agenda curhat-curhatan bersama dia setelah semuanya berakhir dan semaunya aku jawab dengan benar, aku terlau polos curhat masalah kehidupanakau sama orang lain yang belum aku kenal. Tapi semaunya sudah teraljur semuanya aku curhatkan, kenapa disaat aku curhat sama dia hidupku terasa kembali lagi, seperti dulu,aku merasa nyaman didekatnya,sipakah dia, apa maksud dan tujuannya bilang begitu sama aku, apakah karena kasihan melihat aku seperti ini, setelah mendengar kata-kata aku, dia menjadi perhatian sama aku, tapi sang pajar memisahkan kita dan waktu. Aku terasa bahagia andaika aku kuliah aku akan bertemu denganmu setiap hari, jalan bersama cari tugas bersama , tapi semuanya hanya angan-anganku saja. Dia bukan siapa-siapa aku dia hanya teman pajarku saja. Sebauh puisi aku kasih untuk dirinya ‘’ senja berganti dengan malam’’ ‘’malam berganti dengan pajar’’ ‘’ sosokmu berganti dengan cinta’’ ‘’ pajar telah temukan aku sama cinta’’ Akan aku jadikan semuanya ini pelajaran hidupku yang baru. Aku tidak boleh berputus asa aku harus optimis selalu optimis. Aku masih ingat pesan terakhir dari dia, ‘’jika kamu mencintai dia maka kejarlah dia sampai kamu dapat’’. Inilah kata-kata yang membuat aku untuk semangat lagi apapau itu aku harus aku hadapinya. Semua pasti ada akhirnya. Oleh: Tina Yuna

0 komentar :

Posting Komentar